Another Templates

Ahlan wa sahlan.... selamat datang di jendela motivasi dan inspirasi semoga bermanfaat

Selasa, 02 Juli 2013

OPTIMALISASI TEGANGAN KELUARAN SOLAR CELL DENGAN VARIASI JARAK MENGGUNAKAN LENSA PEMFOKUS CAHAYA MATAHARI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kebutuhan akan energi listrik terus meningkat dan sumber cadangan minyak bumi, gas, batu bara sebagai bahan bakar pembangkit energi listrik semakin menurun. Hampir semua sektor masyarakat menggunakan energi listrik maupun sumber-sumber energi tersebut. Konsumsi yang berlebihan dan ketergantungan pada salah satu sumber energi seperti pemakaian sumber bahan bakar minyak bumi sangat besar sekali, sementara itu untuk membentuk sumber energi minyak bumi, gas membutuhkan waktu ratusan juta tahun. Bila ditinjau dari sumber pengadaan energi saat ini. Sumber energi dunia masih sangat bergantung pada energi fosil, yang tidak dapat diperbarui lagi dengan jumlah sangat terbatas dan semakin lama semakin menipis serta pada suatu saat akan habis. Menurut Christ Lewis dalam bukunya yang berjudul Biological Fuels memperkirakan bahwa gas alam akan habis pada tahun 2047, minyak bumi pada tahun 2080, dan batu bara pada tahun 2180. Hal ini disebabkan karena energi fosil dieksplorasi secara besar-besaran dan tidak sebanding dengan waktu pembentukan energi fosil tersebut.
Semakin menurunnya cadangan sumber bahan bakar minyak bumi, gas, dan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik serta konsumsi yang terus meningkat membuat para ahli memikirkan mencari sumber-sumber energi alternatif dan menggali serta menciptakan teknologi baru yang dapat menggantikan minyak bumi, gas, batu bara dan lainnya sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif pembangkit energi listrik merupakan terobosan yang sangat luar biasa. Selain karena matahari adalah sumber energi yang sangat besar, pemanfaatan energi matahari tidak memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Alat ini dinamakan solar cell berupa alat semikonduktor penghantar aliran listrik yang dapat menyerap energi panas matahari untuk menyuplai energi listrik. Pengelolaan sumber daya energi secara tepat kiranya akan dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakat umum. Dengan letak indonesia yang merupakan salah satu negara yang beriklim tropis karena terletak dikawasan khatulistiwa, dan setiap tahunnya mendapat intensitas cahaya matahari lebih banyak dari pada di daerah selain daerah tropis maka wilayah indonesia akan selalu di sinari matahari 10-12 jam dalam sehari. Untuk kawasan kepulauan yang tidak terdapat sungai-sungai besar sebagai sumber energi listrik, pembangkit tenaga surya merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi kebutuhan penduduknya. Dengan adanya fakta tersebut maka upaya-upaya pencarian sumber energi alternatif semakin banyak dilakukan. Dalam upaya pencarian sumber energi alternatif baru sebaiknya memenuhi syarat yaitu menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, biaya ekonomis dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, pencarian diarahkan pada pemanfaatan energi matahari. Untuk dapat memanfaatkan energi radiasi matahari dalam menghasilkan energi listrik, digunakan suatu perangkat yang dapat mengumpulkan energi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya menjadi energi listrik. Perangkat ini disebut solar cell.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Berapa besar kuat arus yang dihasilkan dari solar cell?
2.      Bagaimana perbandingan kuat arus listrik yang menggunakan lensa konvergen, lensa divergen?
3.      Berapa tegangan maksimum yang dihasilkan dari solar cell?
4.       
1.3    Batasan Masalah
Karena luasnya masalah dalam eksperimen ini maka penelitian dibatasi oleh jarak lensa: 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. Sedangkan dalam pembahasannya hanya mambahas perbandingan besar kuat arus listrik yang dihasilkan dari solar cell dengan tegangan maksimum 1 Volt ketika solar cell menggunakan pemfokus lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa.

1.4    Tujuan
Adapun tujuan dari eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1.        Mengetahui besar kuat arus dari solar cell.
2.        Membandingkan kuat arus listrik yang menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa?
3.        Mengetahui tegangan maksimum yang dihasilkan dari solar cell.
1.5    Manfaat Eksperimen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber energi alternatif pembangkit listrik tenaga surya serta dalam pemakaiannya bisa hemat karena tidak memerlukan bahan bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Sel Surya
              Sel surya atau fotovoltaik dapat berupa alat semikonduktor penghantar aliran listrik yang dapat secara langsung mengubah energi surya menjadi bentuk tenaga listrik secara efisien. Efek fotovoltaik ini ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1839, dimana Becquerel mendeteksi adanya tegangan foto ketika sinar matahari mengenai elektroda pada larutan elektrolit. Alat ini digunakan secara individual sebagai alat pendeteksi cahaya pada kamera maupun digabung seri maupun paralel untuk memperoleh suatu harga tegangan listrik yang dikehendaki sebagai pusat penghasil tenaga listrik. Bahan dasar silicon.  Bahan ini terbuat dari silikon berkristal tunggal. Bahan ini sampai saat ini masih menduduki tampat paling atas dari urutan biaya pembuatan bila dibandingkan energi listrik yang diproduksi oleh pesawat konvensional.
2.2  Sejarah Sel Surya
              Prinsip dasar pembuatan sel surya adalah memanfaatkan efek photovoltaik, yaitu suatu efek yang dapat mengubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik. Prinsip ini pertama kali ditemukan oleh Becquerel, seorang ahli fisika berkebangsaan Perancis tahun 1839 yang saat itu teorinya belum begitu berkembang. Pada tahun-tahun berikutnnya beberapa penelitian tentang photovoltaik ini berkembang terus, terutama sejak penemuan transistor pertama tahun 1947 yang menganggap prinsip pembuatan transistor mirip dengan sel surya. Pada tahun 1954, sel surya sudah mencapai efisiensi sampai 8%. Pertama kali pengguanaan sel surya diperuntukkan bagi satelit-satelit ruang angkasa, dengan keuntungan ringan, dapat diandalkan tahan lama dan energi matahari di angkasa lebih besar dari bumi. Setelah terjadinya krisis energi pada tahun 1973, maka pemanfaatan sel surya bagi masyarakat umum terbuka (Kusnandar, 2009).

2.3  Teori Dasar Semikonduktor
Energi radiasi matahari dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan menggunakan lapisan-lapisan tipis silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya. Untuk pemakaian sebagai semikonduktor, sislikon harus dimurnikan hingga kurang dari satu atom pengotoran per 1010 atom silicon. Bentuk kristalisasi demikian akan terjadi bilamana silikon cair menjadi padat disebabkan karena tiap atom mempunyai elektron valensi, demikian terjadinya suatu bentuk kristal dimana tiap atom silikon yang bertegangan saling memiliki salah satu elektron valensinya.  Semikonduktor adalah suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai konduktor dan juga dapat bersifat sebagai isolator tergantung tempat dan kondisi bahan tersebut. Semikonduktor terdiri dari dua macam yaitu semikonduktor intrinsik dan semikonduktor ektrinsik. Semikonduktor ini terdiri atas dua jenis tipe, yaitu tipe P dan tipe N.
Pada kristal silikon murni tidak terdapat elektron bebas, sehingga merupakan konduktor listrik yang buruk. Untuk melepaskan elektron dari ikatannya diperlukan energi yang besar. Untuk membentuk semikonduktor tipe P, maka semikonduktor dengan valensi 4 ditambahkan dengan bahan bervalensi 3, biasanya dikenal dengan bahan ketidakmurnian. Jenis bahan seperti ini antara lain boroen, aluminium, kalsium, indium. Penambahan bahan ketidakmurnian ini akan menjadikan berkurang satu buah dalam ikatan sehingga berbentuk hole/lubang.
Lubang ini dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain di dalam kristal. Yang terjadi selamanya adalah bahwa elektron-elektron kristal mengisi lubang yang kosong sehingga timbul lubang yang baru. Lubang tersebut berpindah disebabkan karena ada elektron yang mengisinya, maka setiap lubang akan memiliki muatan posistif yang sama dan berlawanan dengan muatan negatif dari elektron. Demikian juga untuk membentuk semikonduktor silikon tipe N, yaitu ditambah bahan yang bervalensi 5 yang biasa digunakan antara lain fosfor disebut semikonduktor silikon tipe N. Junction Semikonduktor  Gabungan antara semikonduktor tipe P dan tipe N menyebabkan perbedaan potensial yang disebut dengan tegangan penghalang dan batas antara kedua sambungan itu disebut junction.  
     Pada tahun 1954 peneliti di Bell Telephone menemukan untuk pertama kali sel surya silikon berbasis p-n junction dengan efisiensi 6%. Sekarang ini, sel surya silikon mendominasi pasar sel surya dengan pangsa pasar sekitar 82% dan efisiensi lab dan komersil berturut-turut yaitu 24,7% dan 15%. Solar cell atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari sebagian besar dioda p-n junction dan dengan adanya cahaya matahari mampu menciptakan energi listrik. Perubahan ini disebut efek photovoltaic. Bidang riset berhubungan dengan sel surya dikenal sebagai photovoltaics (Patel, 2006: 143). Berdasarkan jenis dan bentuk susunan atom-atom penyusunnya, solar cell dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (Patel, 2006: 153):

1.      Monokristal (Mono-crystalline)
      Monokristal merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini dan menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim ekstrim dan dengan kondisi alam yang sangat ganas. Memiliki efisiensi sampai dengan 14 - 18%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), sehingga efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.

2.      Polikristal (Poly-crystalline)
Polikristal merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena dipabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel suraya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe monokristal, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah (Patel, 2006: 153).

3.      Amorphous
            "Amorf" mengacu pada objek memiliki bentuk yang pasti dan tidak ada didefinisikan sebagai bahan non-kristal. Tidak seperti silikon kristal, di mana susunan atom yang teratur, fitur silikon amorf pengaturan atomnya tidak teratur seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sehingga, aktivitas timbal balik antara foton dan atom silikon lebih sering terjadi pada silikon amorf dibandingkan kristal silikon, memungkinkan lebih banyak cahaya yang dapat diserap. Dengan demikian, sebuah film silikon amorf yang sangat tipis yang kurang dari 1μm dapat diproduksi dan digunakan untuk pembangkit listrik. Selain itu, dengan memanfaatkan logam atau plastik untuk substrat, sel surya fleksibel juga dapat diproduksi. Solar cell jenis amorphous adalah solar cell yang dibentuk dengan mendoping material silikon di belakang lempeng kaca. Dinamakan amorphous atau tanpa bentuk karena material silikon yang membentuknya tidak terstruktur atau tidak mengkristal. Solar cell jenis ini biasanya berwarna coklat tua pada sisi yang menghadap matahari dan keperakan pada sisi konduktifnya. Pada solar cell jenis ini terdapat garis-garis tipis pararel di permukaannya, garis-garis ini merupakan lapisan n dan p dari substrat silikon dan menjadi batas-batas individu solar cell dalam panel. Solar cell jenis ini biasanya tanpa titik hook-up atau kabel yang jelas, sehingga dapat membingungkan untuk menggunakannya (Pagliaro, 2008: 62).
Sel surya konvensional, misalnya p-n , memiliki energi gap (Eg), ketika sel terkena spektrum matahari, sebuah foton dengan energi kurang dari Eg, tidak akan membuat kontribusi terhadap out put sel (mengabaikan Fonon yang membantu penyerapan). Sedangkan sebuah foton dengan energi lebih besar dari Eg, akan memberikan kontribusi sebesar energi Eg ke out put sel, dan energi yang terlalu besar dari pada Eg akan terbuang menjadi panas. Untuk memperoleh efisiensi konversi yang ideal, harus dipertimbangkan besarnya energi.


2.4  Prinsip Kerja Sel Surya
Prinsip kerja sel surya silikon adalah berdasarkan konsep semikonduktor p-n junction. Sel terdiri dari lapisan semikonduktor doping-n dan doping-p yang membentuk p-n junction, lapisan antirefleksi, dan substrat logam sebagai tempat mengalirnya arus dari lapisan tipe-n (elektron dan tipe-p (hole).  Semikonduktor tipe-n didapat dengan mendoping silikon dengan unsur dari golongan V sehingga terdapat kelebihan elektron valensi dibanding atom sekitar. Pada sisi lain semikonduktor tipe-p didapat dengan doping oleh golongan III sehingga elektron valensinya defisit satu dibanding atom sekitar. Ketika dua tipe material tersebut mengalami kontak maka kelebihan elektron dari tipe-n berdifusi pada tipe-p. Sehingga area doping-n akan bermuatan positif sedangkan area doping-p akan bermuatan negatif. Medan elektrik yang terjadi pada keduanya mendorong elektron kembali ke daerah-n dan hole ke daerah-p. Pada proses ini telah terbentuk p-n junction. Dengan menambahkan kontak logam pada area p dan n maka telah terbentuk dioda. Ketika junction disinari, photon yang mempunyai energi sama atau lebih besar dari lebar pita energi material tersebut akan menyebabkan eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi. Elektron dan hold ini dapat bergerak dalam material sehingga manghasilkan pasangan elektron-hole. Apabila ditempatkan hambatan pada terminal sel surya, maka elektron dari area-n akan kembali ke area-p sehingga menyebabkan perbedaan potensial dan arus akan mengalir.
Baterai adalah alat yang menyimpan daya yang dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera digunakan oleh beban. Daya yang disimpan dapat digunakan saat periode radiasi matahari rendah atau pada malam hari. Komponen baterai kadang-kadang dinamakan akumulator (accumulator). Baterai menyimpan listrik dalam bentuk daya kimia. Baterai yang paling biasa digunakan dalam aplikasi surya adalah baterai yang bebas pemeliharaan bertimbal asam (maintenance-free lead-acid batteries), yang juga dinamakan baterai recombinant atau VRLA (klep pengatur asam timbal atau valve regulated lead acid).
Baterai memenuhi dua tujuan penting dalam sistem fotovoltaik, yaitu untuk memberikan daya listrik kepada sistem ketika daya tidak disediakan oleh array panel-panel surya, dan untuk menyimpan kelebihan daya yang ditimbulkan oleh panel-panel setiap kali daya itu melebihi beban. Baterai tersebut mengalami proses siklis menyimpan dan mengeluarkan, tergantung pada ada atau tidak adanya sinar matahari. Selama waktu adanya matahari, array panel menghasilkan daya listrik. Daya yang tidak digunakan dengan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Selama waktu tidak adanya matahari, permintaan daya listrik disediakan oleh baterai, yang oleh karena itu akan mengeluarkannya (Zuhal, 1988).



BAB III
METODOLOGI
3.1         Waktu dan Tempat
 Eksperimen ini dilakukan pada bulan juni 2013 selama 1 (satu) hari di halaman Biotek Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak agar  mendapatkan cahaya dari sinar matahari secara langsung.

3.2         Alat dan Bahan
1.      solar sel
2.      kabel
3.      penggaris
4.      lensa konvergen dan lensa divergen
5.      multimeter
6.      voltmeter
7.      alat tulis

3.3         Prosedur kerja
Penelitian ini dilakukan di luar ruangan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Di rangkai alat dan di pasang semua alat ukur seperti multimeter yang digunakan untuk mengukur arus listrik  dan voltmeter untuk mengukur voltase (tegangan).
2.      Di ambil data voltase dan arus listrik dengan variasi waktu dari pukul 11.00 sampai pukul 14.00 dengan selang waktu 1 (satu) jam  dan jarak lensa dengan solar cell yaitu 2 cm, 4 cm, dan 6 cm.
3.    Dicatat data arus listrik dan voltase solar cell saat tanpa lensa.
4.    Dicatat data arus listrik dan voltase solar cell saat difokuskan dengan lensa konvergen ketika jarak 2 cm, 4 cm, dan 6 cm.
5.     Dicatat data arus listrik dan voltase solar cell saat difokuskan dengan lensa Divergen ketika jarak 2 cm, 4 cm, dan 6 cm.
6.    Dilakukan secara berurutan.
3.4   Bagan Alir


 







Pengolahan data

 





 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatatan
       4.1.1 Tabel pengamatan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 11.00
Lensa
Jarak         (cm)
Voltase (volt)
Arus (mA)
Jarak rata-rata (cm)
Tanpa lensa
-
1
4,5
4,5
Konvergen
2
4
6
1
1
1
4
3,1
4,2

3,8
Divergen
2
4
6
1
1
1
3,9
4,1
4,2

4,1


4.1.2 Tabel pengamatan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 12.00
Lensa
Jarak         (cm)
Voltase (volt)
Arus (mA)
Jarak rata-rata (cm)
Tanpa lensa
-
1
4,4
4,4
Konvergen
2
4
6
1
1
1
3,4
4
4,1

4
Divergen
2
4
6
1
1
1
3,9
3,8
3,7

3,8

4.1.3 Tabel pengamatan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 13.00
Lensa
Jarak         (cm)
Voltase (volt)
Arus (mA)
Jarak rata-rata (cm)
Tanpa lensa
-
1
4,3
4,3

Konvergen
2
4
6
1
1
1
3,9
4
4,2

4

Divergen
2
4
6

4
4
4

4

4.1.4 Tabel pengamatan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 14.00
Lensa
Jarak         (cm)
Voltase (volt)
Arus (mA)
Jarak rata-rata (cm)
Tanpa lensa
-
1
4,4
4,4

Konvergen

1
1
1
3,7
4
4,1

3,9

Divergen

1
1
1
3,8
3,9
4,1

3,9
      
4.2 Pembahasan
Tabel pengamatan 4.1.1 menunjukkan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 11.00 dengan nilai arus listrik terbesar ketika solar cell tanpa lensa yaitu 4,4 mA. Sedangkan ketika solar cell di  fokuskan dengan menggunakan lensa konvergen, nilai arus listrik yang dihasilkannya lebih tinggi dibandingkan lensa divergen. Nilai kuat arus yang hasilkan dengan lensa konvergen tertinggi yaitu 4,2 mA pada jarak 6 cm, sedangkan lensa divergen yaitu 4,2 mA pada jarak 6 cm.
Pada tabel pengamatan 4.1.2 menunjukkan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 12.00 dengan nilai arus listrik terbesar  ketika solar cell tanpa menggunakan lensa sebagai pemfokus cahayanya yaitu 4,4 mA. Arus tertinggi juga dimiliki oleh solar cell ketika pemfokusnya menggunakan lensa konvergen yaitu 4,1 mA pada jarak 6 cm, sedangkan saat menggunakan lensa divergen nilai kuat arus terbesar yaitu 3,9 mA pada jarak 2 cm.
Tabel pengamatan 4.1.3 menunjukkan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 13.00 dengan  nilai arus listrik terbesar ketika solar cell tanpa menggunakan lensa yaitu 4,3 mA. Pada saat pemfokusnya lensa konvergen nilai arus tertingginya yaitu 4,2 cm ketika jarak 6 cm, sedangkan saat pemfokusnya lensa divergen nilai arus listriknya adalah 4 mA pada jarak 2 cm, 4 cm, dan 6 cm.
Tabel pengamatan 4.1.4 menunjukkan voltase dan arus listrik solar cell menggunakan lensa konvergen, lensa divergen, dan tanpa lensa pada pukul 14.00 dengan nilai arus listrik terbesar ketika solar cell tanpa menggunakan lensa yaitu 4,4 mA. Pada saat pemfokusnya lensa konvergen nilai arus tertingginya yaitu 4,1 mA cm ketika jarak 6 cm, sedangkan saat pemfokusnya lensa divergen nilai arus listriknya adalah 4,1  mA pada jarak 6 cm.
Dari ke empat tabel pengamatan di atas, arus listrik terbesar ditunjukkan ketika solar cell langsung di sinari oleh cahaya matahari tanpa lensa. Sebab permukaan sel surya terkena paparan sinar matahari secara langsung dan merata. Sedangkan yang diberikan lensa, cahaya yang masuk hanya melalui lensa konvergen dan divergen.  Dengan demikian berarti perbandingan dari solar cell yang menggunakan lensa konvergen dan lensa divergen yaitu, semakin jauh jarak lensa dari solar cell ketika menggunakan lensa konvergen, maka arus listrik yang dihasilkan akan semakin besar dan jika pemfokusnya lensa divergen, nilai arus listriknya akan semakin kecil. Jadi lensa konvergen dan lensa divergen memiliki perbandingan yang terbalik sesuai dengan fungsinya yaitu menyebarkan cahaya (divergen) dan mengumpulkan cahaya (konvergen).
Voltase dan arus menurun seiring berkurangnya intensitas cahaya yang mengenai permukaan solar cell. Nilai voltase cenderung konstan karena cahaya matahari yang masuk ke solar cell setiap jamnya akan berkurang. Hal ini dikarenakan permukaan solar cell tidak sepenuhnya mendapatkan cahaya. Data - data diatas merupakan data nilai kuat arus listrik dan voltase dari solar cell, berdasarkan data di atas, nilai arus listrik  berubah – ubah, hal ini dikarenakan keadaan di luar laboratorium sulit dikendalikan karena banyak faktor yang mempengaruhi intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari membawa paket-paket energi sebagaimana dijelaskan dalam teori kuantum yang dicetuskan oleh Planck, prinsip dari solar cell adalah efek photovoltaik, prinsip ini mirip seperti efek fotolistrik, persamaan prinsip ini adalah elektron akan berpindah apabila menyerap energi dalam tingkat-tingkat tertentu. Pada efek photovoltaik, elektron akan berpindah dari pita valensi ke pita konduktif sehingga menghasilkan arus listrik. Berdasarkan teori, banyaknya elektron yang berpindah bergantung pada intensitas cahaya yang diserapnya, sedangkan besarnya energi dari setiap elektron yang lepas ini bergantung pada frekuensi cahaya yang diserap oleh elektron. Pada penelitian ini digunakan lensa konvergen yang berfungsi meningkatkan intensitas cahaya, besarnya arus listrik dipengaruhi oleh cahaya matahari pada waktu-waktu tertentu dan keadaan cuaca, pemberian lensa ini akan meningkatkan energi yang diterima setiap elektron juga akan meningkat, karena energi juga dipengaruhi oleh daya, semakin besar energi yang diserap elektron maka semakin besar pula voltase yang dihasilkan. Voltase merupakan perbandingan antara jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan dari suatu titik ke titik lain dengan besarnya muatan yang dipindahkan. Jadi peningkatan daya dengan memberikan lensa konvergen dapat meningkatkan energi yang diterima setiap elektron, dan elektron yang berpindah ini akan menyebabkan timbulnya arus listrik dan beda potensial.
Hal ini menunjukkan bahwa elektron pada solar cell memiliki batas ambang, sehingga walaupun intensitasnya diperbesar, voltasenya tidak akan melebihi batas ambangnya. Elektron pada solar cell hanya menyerap foton pada tingkat-tingkat energi tertentu, sedangkan besarnya voltase akan mempengaruhi arus listrik, namun pada kondisi tertentu nilai arusnya akan konstan dan tidak bergantung pada besarnya beda potensial atau voltase. Perbedaan nilai arus listrik pada solar cell jenis  dipengaruhi oleh jenis ikatan dari molekul – molekul pembentuknya, perbedaan jenis ikatan ini mempengaruhi struktur yang dibentuk oleh molekul – molekul solar cell. Pada solar cell biasanya  struktur molekulnya lebih rapi, tertata, dan kadang-kadang ada yang letaknya tidak teratur. Arus listrik timbul akibat muatan yang bergerak, apabila muatan yang bergerak tersebut membawa energi yang besar, maka untuk waktu yang sama, daya yang dihasilkan juga besar, jika voltase konstan maka besarnya akan bergeser ke arah arus listriknya, besarnya energi ini bergantung pada rintangan yang dilaluinya. Untuk struktur kristal yang teratur dan rapi, maka elektron tidak akan banyak kehilangan energi, berbeda dengan struktur  yang strukturnya tidak teratur, elektron akan lebih banyak kehilangan energi dan arus listriknya akan lebih kecil dari pada struktur kristal.

4.3 Hal Baru yang Ditemukan
            Pada eksperimen yang berjudul “Optimalisasi Tegangan Keluaran Solar Cell Dengan Variasi Jarak Menggunakan Lensa Pemfokus Cahaya Matahari”, hal baru yang ditemukan yaitu menggunakan lensa divergen pada jarak 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. Selain itu waktu pengambilan data pada masing-masing solar cell berselang selama 1 (satu) jam serta menghasilkan tegangan yang konstan sebesar 1 Volt terhitung dari pukul 11.00 sampai pukul 14.00.

























BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Nilai kuat arus terbesar yaitu 4,5 mA pada pukul 11.00 tanpa menggunakan lensa. Sedangkan kuat arus terbesar saat menggunakan lensa konvergen yaitu 4,2 mA pada jarak 6 cm dan 4,2 mA pada jarak 6 cm.
2.      Tegangan maksimum yang dihasilkan adalah 1 Volt.
3.      Voltase dan kuat arus listrik menurun seiring berkurangnya intensitas cahaya yang mengenai permukaan solar cell.
4.      Semakin jauh jarak pemfokus lensa konvergen dari solar cell maka kuat arus listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Sebaliknya, semakin jauh jarak pemfokus lensa divergen dari solar cell maka kuat arus listrik yang dihasilkan akan semakin kecil.

5.2  Saran
Diharapkan dalam eksperimen ini, faktor cuaca dan fasilitas alat sangat penting. Jadi eksperimen ini sangat bergantung pada cuaca, jika  cuaca cerah maka hasil yang akan di dapat juga akan maksimal. Tapi jika mendung ataupun hujan maka hasil yang didapat juga tidak akan maksimal. Dalam penentuan parameter adanya energi juga penting. Dengan parameter inilah kita akan membuktikan ada tidaknya energi yang dihasilkan.






DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2007. Energi Masalah dan Pemanfaatannya Bagi Kehidupan Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kusnandar. 2009. Rancang Bangun Sistem Penurun Tegangan (Step Down Conventer) Dengan Solar Cell Sebagai Sumber Berbasis Mikrikontroller Atmega 8535. Depok: Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Pagliaro, Mario. 2008. Flexible Solar Cells. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.
Patel. Mukund R. 2006. Wind and Solar Power Systems Design, Analysis, and Operation. USA: Taylor & Francis Group, LLC.
Sze, S.M. 1981. Physics of Semiconductor Devices Second Edition. Canada: John Wiley & Son, Inc.
Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.












Lampiran 1